Sengaja saya menulis puisi cinta ini untuk perempuan yang ku sayangi. Walaupun mungkin saja dikala ini , ia tidak bisa menemukan puisi ini tapi suatu waktu nanti beliau akan menemukannya.
Puisi cinta untuk yang tersayang ini ialah citra betapa sayangnya diriku pada sosok perempuan yang saya kenal semenjak sekolah Sma dulu. Perpisahan yang begitu usang menciptakan saya tidak bisa menyampaikan padanya kalau saya benar-benar menginginkannya.
Puisi ini , saya tulis dalam keadaan menangis alasannya ialah gres saja saya melukai perasaannya. Terasa abnormal mencintai tapi menyakiti. Ya begitulah realita yang ku alami.
Ada yang ia tidak tahu , semenjak 20 tahun gak berjumpa , ada perubahan yang terjadi dalam diriku. Aku menjadi lebih sulit mengendalikan diri dalam bertutur kata. Ya itulah yang saya sadari.
Penyesalan selalu tiba belakangan. Mengapa saya harus melukainya dengan kata-kata yang tidak pantas. Meskipun saya sendiri tidak bermaksud menyinggung perasaannya tetap saja kata itu telah menyakitinya.
Puisi ya puisi ini menjadi jalan terakhir saya buat mengungkapkan perasaan sayang. Bibir ini gak bisa pribadi mengatakannya , saya sayang kamu. Biarlah puisi cinta ini yang menjadi citra rasa cinta dan sayang.
Saya bukanlah orang yang bakir merangkai kata-kata indah. Puisi ini bukanlah kutipan syair dari pujangga cinta. Puisi ini hanya untaian rasa semata.
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
sudah memukul jiwa ini
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
menyakitkan sekali
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
membuatmu terluka
begitu juga diriku
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
sudah menjauhkan saya dari kamu
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
aku menangis
menyesal
ingin berteriak
hatiku meronta
Tuhan ,
aku menyakitinya
tuk yang pertama kalinya
Tuhan ,
aku gak mau menyakitinya lagi
cukup sekali saja
Tuhan ,
aku ingin membahagiakannya
Tuhan ,
aku menyayanginya
Sayang ,
sederet angka ini ,
17.00
aku sadar ,
satu kata ini ,
melukaimu
Sayang ,
sederet angka ini ,
17.00
kamu pergi lagi dari hidupku
Sayang ,
sederet angka ini ,
17.00
menghancurkan hidupku lagi dan lagi
Sayang ,
sederet angka ini ,
17.00
aku akan mengingatnya
aku akan menjaga kata ini
arhh saya gak bisa lagi
menahan air mata
rapuhnya jiwa ini ,
Sayang ,
sederet angka ini
17.00
aku rela
kamu menghukumiku
meninggalkanku
namun
yang perlu kau tahu
aku masih disini
untuk menyayangimu
segenap hati
Duh memang saya gak bakir merangkai kata-kata puisi cinta. Maunya sih sambil dengerin lagu tangga kesempatan kedua. Biar air mata ini menetes mengikuti irama dan lirik lagu tangga kesempatan kedua. Andai saja , masih punya kesempatan kedua..
Post a Comment
Tambahkan Komentar Anda